Terik Panas di Kota Semarang, Keluar Rumah Takut Kulit Hitam

Foto ilustrasi.

KOTA Semarang akhir-akhir ini menghadapi tantangan cuaca yang cukup ekstrem. Suhu udara di kota ini terasa sangat panas, dengan perkiraan suhu maksimum mencapai lebih dari 37,0 hingga 37,8 derajat Celsius pada siang hari. Kondisi ini tentu membuat aktivitas sehari-hari warga menjadi terganggu, terutama bagi mereka yang harus beraktivitas di luar ruangan.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri menjelaskan, bahwa suhu maksimum yang tinggi ini memang menjadi hal yang normal terjadi setiap bulan Oktober. Namun, perlu diingat bahwa fluktuasi suhu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk tutupan awan dan cuaca di wilayah tersebut. “Ketika pertumbuhan awan minim dan cuaca cukup cerah, suhu maksimum juga lebih tinggi dibandingkan ketika ada banyak pertumbuhan awan,” ujarnya pada Selasa, 29 Oktober 2024.

Kondisi cuaca yang cerah dan kurangnya tutupan awan membuat sinar matahari langsung dapat memanaskan permukaan bumi lebih efektif. Dalam beberapa hari terakhir, meskipun rata-rata suhu maksimum di Kota Semarang berkisar antara 33-35 derajat Celsius, puncak suhu yang mencapai 37 derajat Celsius tercatat pada 8 Oktober 2024. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun suhu tinggi mungkin terjadi, pengamatan yang dilakukan di titik tertentu dapat memberikan gambaran yang berbeda tergantung pada lokasi.

Fenomena suhu tinggi ini tidak hanya berdampak pada kenyamanan, tetapi juga dapat memiliki implikasi yang lebih luas. Kenaikan suhu dapat menyebabkan peningkatan penggunaan energi listrik untuk pendinginan, yang pada gilirannya berpotensi membebani infrastruktur listrik di kota yang telah padat ini. Selain itu, suhu yang tinggi juga dapat memperburuk kualitas udara, berpotensi menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang rentan seperti anak-anak dan lansia.

Nur Hartanto (42) warga Kecamatan Semarang Selatan mengakui, akhir-akhir ini cuaca di Kota Semarang saat siang hari sangat panas. Bahkan dia kerap malas keluar rumah menggunakan kendaraan bermotor saat siang hari. “Takut kulit jadi hitam,” candanya saat ditemui di salah satu cafe di Kota Lama Semarang, Rabu (30/10/2024).

Dirinya juga menyoroti pentingnya kesadaran akan perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Masyarakat perlu diingatkan untuk mengambil tindakan preventif, seperti menjaga hidrasi yang cukup, menggunakan pakaian yang sesuai, dan menghindari aktivitas berat pada siang hari saat suhu mencapai puncaknya.

“Selain itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam upaya menjaga lingkungan, seperti reboisasi, yang dapat membantu mengurangi suhu di kawasan perkotaan,” tandasnya.(*)

Pos terkait